Tidak sedikit anak-anak yatim yang alami patah hati selepas ditinggal ayahnya. Banyak kenangan yang membayang bahkan masih terus diingat sampai mereka tumbuh dewasa. Ini juga yang dirasakan oleh seorang pemuda bernama Rijal Abi Maris, penerima BIDIK (Bantuan Pendidikan) UCare Indonesia. Ia harus menjadi yatim di usianya yang sangat kecil, umur 5 tahun.
Remaja kelahiran 13 maret 2004 di Gombong ini, kini tengah menempuh pendidikan di luar negeri yakni SMA Internasional IMAM HATIP Syahid Ömer Halisdemir Kayseri, Turki. Di sana ia menempuh kelas 11. Rijal yang merupakan alumni SMP Thariq Bin Ziyad Boarding School sudah ditinggal sosok abi saat menempuh TK A, yang mana Rijal masih sangat kecil. Ia mengatakan saat itu sedang dekat-dekatnya dengan abi. Ia merasa kehilangan sekali saat itu. Bahkan, sempet dulu sebelum tidur selalu bertanya kepada uminya, “Mi, abi mana? Mi, abi mana?”
Memang sejak kecil, Rijal sudah berprestasi terbukti dengan peringkatnya yang selalu berada di nomor 1 atau 2. Bahkan hingga SMP, Rijal pun telah memiliki hafalan sebanyak 13 juz. Karena prestasinya itulah, Rijal juga dapat dengan mudah mendapatkan beasiswa, salah satunya bantuan pendidikan berupa BIDIK.
“Motivasi aku ya sekarang mumpung masih ada umi, aku pingin bikin umi seneng dengan prestasi aku. Aku anak laki-laki pertama, masa terus-terusan diasuh dan dibantu orang tua. Pengin belajar mandiri juga sih.”
Saat ini, ia bersama umi dan adiknya tinggal di perum Graha Harapan, Mustikajaya, Bekasi. Rijal yang kini menjadi penerima beasiswa di Turki memiliki hobi berolahraga, ngegame, main sama temen, baca, dan mendengarkan musik. Cita-citanya sendiri adalah ingin menjadi Engineer. Dia juga menyukai pelajaran eksak, seperti matematika, fisika dan biologi.
Saat ditanya siapa sosok idolanya, ia mengatakan bahwa mengidolakan abi. Menurutnya, sosok abi menjadi cermin dalam hidupnya.
“Aku ingin lebih dari dia. Dia salah satu contoh yang real di dalam hidup aku. Gak Cuma kata orang aja, tapi aku juga nyaksiin apa yang dia lakuin waktu itu.”
Rijal sendiri tidak pernah takut untuk sekolah jauh. Bahkan dulu saat kecil, ia selalu bersama tante karena sang ibu harus bekerja.
“Jadi kaya lumayan biasa ga deket sama orang tua, dan biasa hidup sama orang lain. SMP di Boarding School, SMA di Turki. Ya, tetep sih waktu masih SMP buat beasiswanya aku sempet mau mundur karena takut nanti umi sepi berdua ama adik. Justru malah didorong dan didukung umi.” Tambahnya kemudian.
Keputusan Rijal untuk melanjutkan pendidikan di Turki rupanya keinginan terpendamnya sejak kecil. Kemudian Allah memberi jalan, waktu SMA ia mendapat informasi ketika sanlat ia bertemu dengan kakak kelas yang lebih dulu menempuh pendidikan di Turki dan bercerita tentang pengalamannya.
Baginya salah satu mimpi adalah dengan bersekolah di Turki. Karena kalau di Indonesia, ia merasa akan lebih berat bagi sang umi.
“Aku rasa kalau dapet beasiswa full ke Turki, itu pasti ngebantu apalagi juga dapat uang jajan dari sana.” Tambahnya lagi.
Selain belajar, Rijal juga aktif mengurus forum untuk adik-adik kelas yang membutuhkan arahan dan bantuan agar bisa mendapatkan beasiswa di Turki.
Rijal juga turut membagikan tips-tips agar bisa mendapat beasiswa di luar negeri:
“Fokus kepada akademis jika beasiswanya terkait akademis. Jadi di Turki ada 2 yayasan beasiswa, dari Pemerintah dan Kementerian Agama. Kalau Pemerintah lebih general, kalau Kementerian Agama lebih ke ilmu agama. Bukan hanya sekeras apa kita belajar dan usaha, tapi juga bisa karena doa dan faktor-faktor yang lain. Kecakapan kita bicara, sikap kita saat interaksi, cara kita menyesuaikan diri, dan cara berpendapat. Yang terpenting berdoa. Minta banyak doa juga. Kuncinya cuma 2: usaha semaksimal mungkin dan coba deketin diri sama Allah.” Tutur Rijal kepada tim UCare.
Ibu Rijal sendiri, mendukung dan sangat senang sekali saat mengetahui Rijal ada keinginan di Turki. Ia berharap putra sulungnya dapat beasiswa, ilmu yang barokah, lebih terbuka pandangan hidupnya. Apalagi, ia menilai bahwa pendidikan di sana juga bagus, bahkan pemerintahnya sangat mendukung. Tidak hanya berdoa, sang ibu juga menjaga komunikasi melalui Video Call. Semata-mata agar Rijal mendapatkan motivasi.
“Selepas ditinggal abinya Rijal, yang saya pikirkan adalah bisa menggantikan peran ibu dan ayah untuk anak-anak. Seperti memberi ilmu akhirat juga. Jadi dari TK, SMP, SMA itu disekolahkan ke sekolah islam. Bahwa saya berkomitmen agar anak-anak bisa mendapatkan pendidikan islam. Ada juga bantuan dari UCare, itu terus kami gunakan seperti biaya sekolah.” Ujar Ibu Beti yang merupakan seorang guru.
Harapan kami, “Semoga UCare bisa Allah mudahkan dengan memberikan BIDIK (Bantuan Pendidikan) sehingga di luar sana, tidak hanya Rijal dan adiknya, tapi banyak anak yatim lainnya yang merasakan beasiswa. Jazakumullah khoir atas bantuan dari donatur, semoga ada keberkahan rizki yang barokah. Semoga ucare Allah mudahkan untuk tim ucare semua untuk memberikan yang terbaik untuk semua.”
Alhamdulillah, kebaikan dan kedermawanan dari sahabat Darmacare mendukung banyak anak-anak yatim untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Jumat Berkah sempurnakan dengan banyak bersedekah. Dukung terus program kebaikan BIDIK UCare melalui: https://donasi.ucareindonesia.org/site/detail/7