Menuju Hari Santri Nasional, Inilah Kisah Seorang Santri di Ponpes Nurul Ihsan Bekasi

Date

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Bicara tentang Hari Santri Nasional, peringatan ini telah tertuang dalam Keppres nomor 22 tahun 2015. Yang secara langsung diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan ditandatangani di Masjid Istiqlal, Jakarta. Sejarah Hari Santri mengingatkan kepada kita tentang para santri  dan kyai yang turut berperan aktif dalam merebut kembali kedaulatan negara republik Indonesia.

Masih tentang santri, yuk kita cari tahu bagaimana sih kehidupan para santri di Ponpes Nurul Ihsan?

Narasumber kali ini adalah Muthmainnah. Seorang santri yang saat ini tengah menempuh pendidikan di pesantren Nurul Ihsan, Kota Bekasi. Santriwati asal Lampung ini sudah bergabung ke pesantren sejak kelas 10 tahun 2019. Ingin mendapat ilmu agama yang lebih banyak dan agar bisa mengajarkan agama ke orang lain merupakan alasannya masuk ke pesantren. Mengenal pesantren Nurul Ihsan karena kakaknya sudah lebih dulu menimba ilmu di sana.  

Foto: Kegiatan Wawancara bersama Muthmainnah, Santri Ponpes Nurul Ihsan

Ada senang dan sedih, itu perasaannya saat ditanya tentang kehidupan di pesantren. Senang karena dapat ilmu, sedih karena sesekali ada rasa tidak betah. Wajar, karena harus terpisah sementara dari keluarga di kampung halaman.

Selama menjadi santri, baginya kegiatan yang paling ditunggu-tunggu adalah muhadhoroh. Baginya, muhadhoroh itu melatih untuk percaya diri karena harus menyampaikan sesuatu dihadapan semua orang. Kegiatan muhadhoroh sendiri berisi kegiatan berpidato, tilawah, dan hadhroh. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai pelajaran Bahasa Arab, karena bahasanya menyenangkan untuk dipelajari sehari-hari. Saat ini, Muthmainnah sudah menghafal 2 juz dan ia berharap hafalan tersebut akan terus bertambah.

Ia merasa bangga sekaligus haru saat menjadi santri. Sebab dengan ia masuk pesantren, membutnya menjadi orang yang mandiri, percaya diri, dan mendapatkan ilmu yang banyak. Semula ia tidak mengerti Bahasa Arab, kemudian menjadi bisa Bahasa Arab. Awalnya tidak percaya diri, kini setelah aktif mengikuti berbagai kegiatan di pesantren menjadi lebih percaya diri. Ia sangat berharap semoga ilmu yang diberikan oleh guru dapat diberikan dan bermanfaat baik untuk diri sendiri atau orang lain.  

Baca artikel lainnya: 5 Alasan Kenapa Pilih Pesantren, yang Terakhir Banyak Dicari!

Sebelum mengakhiri sesi wawancara, ia juga turut menyampaikan beberapa pesan untuk para santri lainnya,

“Jangan sampai kita sebagai seorang santri pandai, tapi tidak sopan skepada guru. Jangan sampai kurang adab kepada guru. Karena sama saja seperti tidak punya ilmu. Karena adab itu lebih penting daripada ilmu.” Ujar santri asal Lampung ini.

Tak lupa, ia juga turut mengucapkan terimakasih kepada donatur  karena sudah memberikan bantuan operasional di pesantren.

“Semoga rezeki yang diberikan bisa menjadi ladang pahala di akhirat nanti.” Tambahnya kemudian.

Menjelang Hari Santri Nasional yang jatuh pada 22 Oktober mendatang, sahabat tentu ingin mendapatkan doa-doa kebaikan dari para santri yang sedang jihad fii sabilillah, menuntut ilmu. Mari kirimkan bingkisan cinta dan kebahagiaan melalui program ‘Sangga Biaya Pendidikan untuk Santri Yatim Dhuafa Penghafal Qur’an” bersama UCare Indonesia.

Sedekah mudah melalui: https://donasi.ucareindonesia.org/site/detail/31

atau transfer langsung ke nomer rekening UCare Indonesia, di bawah ini:

BSI (BSM) 7100 3000 14

Mandiri 167 000 2432 085

BNI Syariah 068 566 4701

BCA 066 327 1960

A.n Yayasan Ukhuwah Care Indonesia

BRI 1623 01 000 032 307

A.n UCare Indonesia

Untuk Konfirmasi transfer melalui:

Telp. (021) 8896 0316

Hotline. +62 8222 3339 773

More
articles