Hikmah puasa terlalu banyak untuk bisa diungkap lewat kata. Setiap orang tentu akan merasakan hikmah tersendiri, yang boleh jadi belum tentu dirasakan dengan rasa yang sama oleh orang lain. Sebab hikmah itu bukan dorongan atau motivasi, melainkan apa yang secara subjektif seringkali didapat oleh orang, secara tidak sama.
5 Hikmah Puasa Bagi yang Menjalankan
1. Agar Dapat Meningkatkan Rasa Syukur
Ibadah puasa bisa meningkatkan rasa syukur kita atas beribu dan beragam nikmat yang telah Allah STW curahkan. Sesungguhnya nikmat dari Allah itu tidak pernah bisa diukur dengan ukuran apapun, lantaran terlalu besar dan tidak pernah terputus. Sayangnya jarang diantara manusia yang mau bersyukur. Sebagaimana firmah Allah di dalam Al-Quran : “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.” (QS. Saba’ : 13)
Maka salah satu cara jitu untuk bisa membangkitkan rasa syukur kepada Allah SWT itu disiasati dengan cara berpuasa. Dimana dalam puasa itu kita akan merasakan lapar dan haus serta kelemahan yang banyak. Dengan berpuasa itulah kita akan merasakan derita sejenak saja, bahwa kalau Allah SWT tidak memberi kita makanan dan minuman, tentu rasanya tidak enak dan tersiksa.
2. Sarana Taqwa
Salah satu hikmah berpuasa yang ditegaskan Allah SWT lewat kalam-Nya yang suci adalah agar seseorang bisa meniti jalan menuju taqwa.
“Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaiman telah diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah : 183)
Memang ada banyak jalan menuju taqwa, tetapi puasa adalah salah satu jalannya yang secara eksplisit disebutkan di dalam Al-Quran.
Baca juga: Hikmah Puasa untuk Mencapai Takwa
3. Menahan Syahwat
Salah satu hikmah dari puasa adalah menahan hawa nafsu dan syahwat. Bukan hanya nafsu makan dan minum, tetapi juga nafsu-nafsu yang lainnya, dimana memang Allah SWT telah melarangnya dalam kehidupan. Di antara kelebihan manusia adalah Allah SWT jadikan tubuhnya sempurna, lengkap dengan akal yang bisa melakukan analisa, kajian, modifikasi, nalar, mengembangkan budaya dan peradaban. Manusia juga dilengkapi moral serta insting.
Namun di balik kelebihan manusia, ternyata juga ada kelemahan. Dan salah satu titik lemah manusia yang paling sering menjadi sumber celaka bagi manusia adalah nafsu dan syahwat, yang terkadang tidak mampu dibendungnya. Untuk bisa menaklukkan hawa nafsu, seorang hamba diajarkan caranya, salah satunya dengan disyariatkannya ibadah puasa
4. Melahirkan Kasih Sayang
Puasa juga melatih manusia untuk bisa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama. Sebab di dalam puasa itu, seorang yang kaya dan berkecukupan, dipaksa untuk merasakan bagaimana tidak enaknya menjadi orang yang tidak punya. Ada rasa kebersamaan yang perlahan-lahan muncul manakala seseorang sering ikut merasakan tidak enaknya menjadi orang yang miskin. Pada gilirannya, puasa bisa menumbuhkan rasa kasih dan sayang di hati orang yang terbiasa hidup mewah.
5.Memboikot Setan
Hadits tentang dibelenggunya syetan di dalam bulan Ramadhan adalah hadits yang shahih menurut Al-Imam AlBukhari dan Al-Imam Muslim.
Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Apabila bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga akan dibukakan dan pintu-pitu neraka akan ditutup serta syetan-syetan akan dibelenggu.” (HR Bukhari Muslim)
Puasa juga bisa memboikot setan dari berbagai macam aktifitasnya. Sebab ketika seorang dalam keadaan puasa, nafsunya menjadi lemah, amarahnya mereda, egonya pudar, dan kesabarannya bertambah tebal.
Maka wajar kalau Rasulullah SAW menggambarkan bahwa di bulan Ramadhan itu setan-setan terbelenggu tangannya. Salah satu penafsirannya adalah kesempatan setan untuk menjalankan misinya menjadi terboikot, seperti seorang penjahat yang dibelenggu tangannya.
Sahabat, itulah tadi di antara lima hikmah puasa yang dapat kita ketahui. Tentu masih banyak lagi hikmah lainnya yang akan diperoleh, bukan hanya dari sudut pandang kebaikan dunia tapi juga akhirat. InsyaAllah puasa yang dijalankan karena Allah Ta’ala, maka Allah SWT akan berikan balasan terbaik bagi para hambaNya.
Wallahu’alam.
Referensi: Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih Kehidupan (5) : Puasa. Jakarta: DU Publishing