Bahaya Riya Penghancur Amal
bahaya riya

Date

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Bahaya riya bisa menjadi penyebab hancurnya amal, benarkah?

Seseorang  dapat menerima pahala yang besar dari Allah hanya karena niatnya yang tulus karena Allah semata, sekalipun ia tidak melakukan amal yang diniatkannya itu. Di sisi lain, amal-amal yang ia lakukan bisa hilang jika tidak disertai oleh niat yang baik.

Bahaya Riya: Celaka Orang yang Beramal Karena Riya

Riya adalah memamerkan amal, ibadah ataupun prestasi kita karena harapan dipuji atau dilihat baik oleh orang lain. Nyatanya, perbuatan riya ini bisa sangat membahayakan, selain membuat terlena tapi juga buat rusak pahala.

Allah SWT telah berfirman, artinya: “Maka celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya’ dan mencegah (menolong dengan) barang yang berguna”. [al Ma’uun/107:4-7]

Hadist Tentang Bahaya Riya

bahaya riya

Ada banyak hadis yang memperingatkan kita supaya amal-amal baik kita tidak musnah. Di antaranya adalah menjauhkan diri dari riya. Sebab riya adalah salah satu hal serius yang mengakibatkan rusaknya amal-amal yang telah diperbuat.

Beliau juga bersabda bahwa Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya” (HR. Muslim no. 2985).

Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa” (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).

Nabi Saw. bersabda, ” ‘Seseorang akan didatangkan pada hari Kiamat nanti, lalu ia dilemparkan ke dalam neraka sehingga usus-usus dalam perutnya terburai. Lalu ia membawanya berputar seperti keledai berputar pada batu penggilingan. Para penghuni neraka lalu mengerumuninya seraya bertanya, ‘Wahai si polan! Kenapa kamu? Bukankah engkau dulu mengajak kepada perbuatan baik dan mencegah perbuatan mungkar?’ Dia menjawab, ‘Benar. Dulu aku mengajak kepada kebaikan tapi tidak melaksanakannya, dan aku mencegah kemungkaran tapi justru melakukannya.” (HR Muslim).

Baca juga: Hadist Tentang Amalan Tergantung Niat

Sebagian orang mungkin berprasangka bahwa lelaki ini diazab karena ia menyuruh yang makruf dan melarang yang munkar. Pada saat yang sama, ia mempunyai banyak kekurangan dalam amal-amalnya. Ini suatu kesalahan besar. Tugas menyuruh yang makruf dan melarang yang munkar sudah selayaknya bernilai pahala sepanjang orang tersebut melakukannya dengan ikhlas dan dengan niat yang benar.

Laki-laki ini diazab karena ia melakukan kemunkaran yang ia sampaikan agar orang lain tidak melakukannya dan menolak (dengan angkuhnya) kewajiban yang ia serukan kepada orang lain. Ia hanya memperbagus perilaku lahiriahnya saja. Sementara batiniahnya tetap rusak. Ia diazab karena dosa-dosanya, bukan karena ia menyuruh berbuat kebajikan dan melarang berbuat kejelekan.

Menyuruh Orang Lain Berbuat Baik = Menyuruh Diri Sendiri

bahaya riya

Dalam sebuah ayat Allah berfirman: ” Mengapa kamu menyuruh orang lain untuk (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca suci (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al-Baqarah [2]: 44).

Artinya bahwa Allah memarahi dan mengazab mereka karena mereka berpaling dari kebenaran meski mereka betul-betul mengetahuinya. Ini membuat mereka berbeda dari orang-orang yang jahil terhadap kebenaran, yang jika mereka mengetahuinya kemungkinan besar akan mengikutinya.

Oleh karena itu, hendaklah kita mengetahui bahwa menyuruh melakukan kebajikan adalah sesuatu yang kita berikan kepada masyarakat, sekalipun kita sendiri gagal melakukan kebajikan. Demikian halnya dengan melarang melakukan kemunkaran.

4 Tugas Setiap Manusia Agar Terlindungi dari Dosa

bahaya riya

Tidak ada seorang pun setelah Rasulullah Saw. secara ilahiyah terlindungi dari perbuatan dosa. Akan tetapi, inilah tugas bagi setiap orang untuk menyempurnakan empat hal berikut ini:

1. Melakukan kebajikan.

2. Menyuruh orang lain untuk berbuat kebajikan.

3. Menghindar dari yang munkar

4 Melarang orang lain untuk melakukan kemunkaran.

Gagal melakukan salah satu dari empat kewajiban ini tidak menjadikan kita berhak untuk mengabaikan yang lainnya. Oleh karena itu, seseorang yang berbuat dosa masih berkewajiban untuk menyeru orang lain untuk menghindarinya.

Bahaya riya dalam perkataan dan perbuatan adalah sebuah penyakit yang dapat melemparkan seseorang ke dalam api neraka. Orang yang demikian, secara lahiriah, nampak saleh. Yang menjadi perhatiannya adalah bagaimana agar ia mendapat penghargaan yang tinggi dari orang lain bukan keridaan Allah. Pujian dari orang- orang itulah yang diharapkannya.

Bahaya Riya: Kemunafikan yang Ditakutkan Karena Menyusup Tanpa Diketahui ke dalam Amal

Inilah jenis kemunafikan yang ditakutkan Kaum Muslimin paling awal. Al-Hasan Al- Bashri berkata, berbicara tentang kecenderungan  untuk riya, “Aku bersumpah demi-Nya yang menggenggam jiwaku, tidak ada yang merasa selamat darinya kecuali orang munafik dan tidak ada yang takut terhadapnya kecuali orang beriman.” Mereka takut riya menyusup tanpa diketahui ke dalam amal-amal mereka sebagai- mana yang Allah firmankan, “…supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedang kamu tidak menyadari,” (QS Al-Hujurat [49]: 2).

Bukhari menempatkan dalam Shahih-nya satu bab yang berjudul: “Seseorang yang Takut Amalannya Terhapus tanpa Disadarinya.” Dalam bab ini, ia menyebutkan sebuah hadis yang berkenaan dengan Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw. mencari informasi menanyakan keberadaan Tsabit bin Qais. Seorang laki-laki berkata ia akan pergi dan mencarinya. Lelaki tersebut menjumpai Tsabit sedang duduk di dalam rumahnya dengan berpangku tangan.

Lelaki tersebut bertanya, “Ada apa denganmu?” Tsabit menjawab, “Sangat buruk. Seseorang yang meninggikan suaranya lebih dari suara Nabi Saw., maka amalannya terhapus dan ia kini seorang di antara para penghuni neraka.” Lelaki tersebut kembali kepada Nabi Saw. dan menginformasikan apa yang telah Tsabit katakan. Nabi Saw. berkata kepada lelaki tersebut, “Kembalilah dan katakanlah kepadanya, ‘Kamu bukan bagian dari para penghuni neraka tetapi bagian dari para penghuni surga, “(HR Bukhari)

Sahabat, itulah tadi beberapa informasi seputar bahaya riya dalam beramal. Selain dapat menghanguskan pahala, riya juga mengundang amarah Allah Ta’ala. Hendaknya sebelum beramal, kita perbaiki dulu segala niat kita. Mudah-mudahan dengannya, Allah berikan hidayah dan taufikNya untuk kita semua.

Referensi: Salman, Syekh. 2005. 20 Perilaku Riya: Menjaga Amal Agar Terhindar dari Kerusakan. Jakarta: Penerbit Hikmah.

More
articles