Beriman Kepada Takdir Berikut 2 Macamnya
beriman kepada takdir

Date

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Beriman kepada takdir adalah salah satu yang harus dilakukan oleh umat muslim, karena mengimani takdir adalah bagian dari rukun iman. Seorang muslim hendaknya beriman kepada takdir, mulai dari takdir yang baik hingga yang buruk. Jika seorang muslim salah memahami keimanan maka bisa merusak keimanan itu sendiri.

 

Beriman Kepada Takdir: 2 Macam Takdir yang Perlu Diketahui

Pada hakikatnya, kita bisa meraih kesuksesan karena pertolongan dan takdir Allah SWT. Oleh karenanya, sebagai muslim kita perlu mengetahui bahwa takdir itu terbagi menjadi dua macam.

Pertama, takdir mubram yaitu takdir yang telah ditetapkan Allah SWT dan tidak ada opsi pilihan bagi manusia. Contoh dari takdir mubram adalah kelahiran, kematian dan jenis kelamin seorang makhluk. Jika telah tiba ajalnya seseorang maka tak dapat mengubah waktunya, baik dimundurkan ataupun dimajukan.

Kedua, takdir mu’allaq yaitu takdir yang telah ditetapkan Allah SWT dan terdapat keterlibatan peran manusia di dalamnya. Seperti takdir suskes dan takdir gagal. Setiap takdir itu memiliki jalanya masing-masing. Jika seseorang ingin berhasil, maka ia perlu menempuh jalan agar tercapainya kesuskesan tersebut.  Contoh untuk menuju kesuksesan seperti rajin berusaha, tekun mempelajari hal baru, rajin membaca buku, semangat beribadah, dan bekerja dengan giat.

Baca juga: 10 Amalan yang Dapat Meningkatkan Derajat

Dalil Tentang Beriman Kepada Takdir  

beriman kepada takdir

Perihal beriman kepada takdir tentu telah dijelaskan dalam Al-Qur’an juga Al-Hadist.

فَقَدَرْنَاۖ فَنِعْمَ الْقٰدِرُوْنَ

Artinya: “lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (Kamilah) sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al-Mursalat: 23)

 

Dalam hadits Jibril disebutkan,

تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim, no. 8)

 

Beriman kepada takdir itu sebuah keharusan. Untuk menjemput sukses atau tidaknya maka seseorang yang memilih untuk menempuh jalan menuju sebuah kegagalan, maka ia tidak boleh menyalahkan siapapun jika kita memperoleh takdir gagal itu. Contoh jalan menuju kegagalan seperti lemah semangat, senang bermalas-malasan, tidak mau mencoba dan berusaha, lalai dalam beribadah, dsb.

 

Jika ada seseorang yang hanya mengharapkan hasil tanpa mau menempuh proses yang harus dilalui tanpa mau berusaha, maka itu termasuk ke dalam angan-angan (tamani). Hal seperti ini tentu akan mempengaruhi proses serta berdampak pada hasil akhir. Oleh karenanya, banyak hal-hal yang mesti dipahami, yaitu “takdir-takdir antara” sebelum mencapai takdir kesuksesan atau kegagalan yang sesungguhnya.

Baca juga: 3 Macam Sabar Menurut Para Ulama

Kisah Tentang Beriman kepada Takdir

beriman kepada takdir

Suatu ketika, saat hari menjelang sore, Imam Abu Hanifah berjalan-jalan di penjuru Kota Baghdad. Saat melewati sebuah rumah sederhana, beliau mendengar rintihan seorang laki-laki yang diiringin tangisan tersedu.

“Oh… alangkah malang nasibku ini. sejak pagi aku belum makan sesuap nasipun, sehingga tubuhku menjadi lemas. Adakah orang yang mau memberiku walau hanya sesuap nasi?”

Mendengar rintihan itu, Imam Abu Hanifah melemparkan sekantong uang disertai selembar kertas berisihi nasihat beliau kepadanya. Beliau melemparkannya melalui jendela rumahnya yang terbuka.

Laki-laki itu terkejut, ada sebuah kantong berada dihadapnnya yang entah dari mana datangnya. Ia segera membuka kantong itu. Ternyata isinya uang. Laki-laki itu sangat senang. Di dalamnya, ada juga selembar kertas bertuliskan, “Hai kawan, sungguh tidak wajar kamu mengeluh seperti itu. Kamu tidak perlu mengeluh dengan nasibmu. Ingatlah kemurahan Allah SW, dan jangan berhenti memohon kepadaNya dengan sungguh-sungguh. Jangan berputus asa hai kawan! Berusahalah terus.”

Hikmah Beriman Kepada Takdir

Seorang manusia, baiknya tidak boleh berdiam diri tanpa berusaha. Allah SWT tidak akan mengabulkan doa orang yang malas bekerja. Allah SWT juga tidak akan mengabulkan doa orang yang berputus asa. Oleh karena itu, carilah pekerjaan yang bisa membawa nilai kehalalan dan keberkahan, bukan semata hanya untuk perkara dunia tapi juga akhirat.

 

Referensi: Ref: El-Bantanie, Muhammad Syafi’ie. 2013. 5 Langkah Jitu Menjadi MAGNET REZEKI. Jakarta: PT Alex Media Komputindo

 

More
articles