Tahukah Insan Dermawan, bagaimana hukum zakat tanpa ijab kabul?
Dalam beberapa praktik penyerahan zakat, ijab kabul dilakukan secara lisan sebagai bentuk pernyataan bahwa zakat telah diberikan dan diterima. Namun, apakah ijab kabul lisan merupakan syarat sah zakat?
Apakah Harus Ada Ijab Kabul dalam Penyerahan Zakat?
“Zakat diberikan kepada yang berhak. Kalau memang terbukti dia berhak menerima, maka anda boleh menyerahkannya dengan serah terima tanpa menyebutkan itu adalah zakat. Akan tetapi cukup anda sampaikan, yang terpenting orang itu berhak maka sudah sah. Jika menyebut zakat itu bermanfaat, maka sebutkan. Namun jika menyebut zakat kurang bermanfaat, maka tidak mengapa. Tetap sah saja. Karena ada sebagian penerima zakat yang sedih jika itu disebut zakat, walaupun ia perlu.” Terang Buya Yahya dalam kesempatan yang ada.
Zakat Itu Antara Hamba dan Sang Pencipta
“Dia tidak bicarapun, diberikan kepada orang yang berhak, itu sudah sah. Zakat itu antara dia dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Disepanjang dia sudah berniat maka itu sudah cukup. Kemudian orang yang miskin, berhak menerima. Maka bisa kita beri dari zakat itu, diberi tahu itu zakat atau tidak, maka itu tidak masalah. Maka itu harus jelas, apakah orang tersebut berhak menerima. Pastikan zakat yang akan diberikan pada orang yang berhak menerima.” Ungkap ustadz Dzulqarnain MS.
Hukum Zakat Tanpa Ijab Kabul?
“Tak perlu disyaratkan dengan ijab qabul. Ijab qabul ada yang wajib, ada yang sunnah, ada yang mubah. Contoh sunnah dalam ijab qabul adalah bayar zakat.” Terang ustadz Abdul Somad.
“Niat itu rukun, kalau tidak ada niat maka tidak diterima. Kalau dilafazkan, maka baik. Namun andai tidak, maka tetap sah (zakatnya).” Tambah beliau.
Syarat Sah Zakat: Niat dan Sampainya Harta kepada yang Berhak Menerima
Sebagian besar ulama sepakat bahwa hukum zakat tanpa ijab kabul secara lisan tidak menjadi syarat sah zakat. Menurut mayoritas ulama, yang paling penting adalah zakat disalurkan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik) dengan niat yang benar. Jika harta zakat sudah diterima oleh mustahik, maka zakat tersebut sah, walaupun tanpa ucapan ijab kabul secara formal.
Baca juga: Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Maal dalam Islam
Mendoakan Orang yang Membayar Zakat
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Sunnah hukumnya bagi seorang Imam -ketika mengambil zakat- untuk berdo’a bagi orang yang membayar zakat, dengan mengucapkan:
آجَرَكَ اللهُ فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَبَارَكَ لَكَ فِيْمَا أَبْقَيْتَ
‘Semoga Allah memberikan ganjaran atas apa yang engkau berikan dan memberikan keberkahan atas apa yang engkau sisakan.’”
Kemudahan Menunaikan Zakat Melalui Lembaga Amil Zakat
Dalam praktik modern, banyak muzakki yang menyalurkan zakat melalui lembaga amil zakat resmi. Dalam kasus ini, muzakki meniatkan zakatnya dan menyerahkan harta tersebut kepada lembaga, yang kemudian menyalurkan zakat kepada mustahik. Ijab qabul antara muzakki dan mustahik tidak terjadi secara langsung, namun zakat tetap sah karena niat dan penyaluran zakat yang tepat sudah terpenuhi. Lembaga zakat bertindak sebagai perantara, dan penyerahan harta kepada lembaga tersebut sudah dianggap sah selama niat zakat ada.