Waktu Terbaik untuk Shalat Dhuha
“Sholat Dhuha dimulai sejak waktu syuruq. Syuruq itu awal dhuha. Perjalanan matahari dari mulai terbit fajar sampai berada di posisi tempat terbitnya sampai nanti bergeser lagi (sampai satu tombak) seukuran bayangannya maka itu adalah waktu syuruq. Pergerakan mataharinya disebut isyraq. Dan bayangannya ini sudah masuk awal Dhuha.” Ungkap ustadz Adi Hidayat.
Di awal dhuha ada kemuliaan, sebagaimana dalam hadist shahih,
Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Barang siapa yang shalat Subuh berjamaah kemudian dia duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lantas shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah, yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR. Tirmidzi)
Dipahaminya pahala yang didapatkan oleh mereka yang mengerjakan seumpama pahalanya orang yang haji dan umrah. Berpeluang mendapatkan surga Allah, berpeluang merubah perilaku yang tidak baik menjadi baik. Maka jalannya adalah konsisten sholat syuruq. Namun tetap pada hakikatnya, akan berbeda untuk muslim yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, kemudian shalat langsung di masjidil haram.
Pertengahan Dhuha bisa dihitung dari satu jam setelah subuh. Andaikan subuh setengah lima, maka awal syuruq setengah enam pagi. Adapun sampai matahari naik dari setengah delapan sampai jam delapan, maka itu sudah masuk pertengahan Dhuha. Masuk hingga perkiraan jam sebelas siang batas waktu pertengahan Dhuha.
Semua itu adalah bagian dari dzikir kepada Allah dengan mengingat Allah dengan cara menggunakan semua fungsi tubuh pada apa yang dikehendaki oleh Allah SWT. Pengganti itu semua bisa tertutupi dengan shalat Dhuha dua rakaat.
Waktu Terbaik untuk Shalat Dhuha & Keutamaannya
Waktu terbaik untuk shalat dhuha adalah di awal waktu dhuha.
Lalu bagaimana keutamaan shalat dhuha itu sendiri?
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى »
“Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704)
“Adapun akhir Dhuha adalah sejak stengah sebelas hingga menjelas azan dzuhur. Bisa dikerjakan dua sampai delapan rakaat. Kerjakan dua rakaat, dua rakaat atau empat rakaat. Di antara fadhilahnya adalah memudahkan limpahan rizki.” tutur Ustadz Adi Hidayat.
Baca juga: dahsyat! Raih 3 Keutamaan Shalat Dhuha
Bolehkah Shalat Dhuha Dikerjakan Berjamaah?
Ustadz Adi menjawab bahwa sifatnya shalat Dhuha adalah sendirian. Tapi pada zaman Nabi pernah ada kasus, ketika Nabi sedang shalat Dhuha lalu beberapa di belakang mengikuti Nabi, sedangkan Nabi tidak menegur itu. Maka para ulama menjadikan landasan membolehkannya shalat Dhuha secara berjamaah. Contohnya seperti anak-anak di sekolah, shalat Dhuha berjamaah untuk membangun kebiasaan baik.
“Dhuha yang ditunaikan itu bisa mempercepat datangnya rezeki sesuai dengan kehendak Allah. Tidak mesti dengan harta, tapi juga bisa rezeki berupa kesehatan, ketenangan dan keberkahan.” tutupnya kemudian.