Melawan kanker selama 28 tahun telah dilakukan seorang wanita paruh baya (52 th). Banyak orang mengenalnya sebagai ustadzah Tri Handayani. Wanita paruh baya ini merupakan pejuang kanker, penulis, pendakwah sekaligus aktivis. Hidup bersama kedua anaknya yang sudah menginjak remaja dan kini sibuk kuliah, beliau tetap mendiami rumah yang beralamat di Jl banteng no 20 kranji, Bekasi Barat.
Kisah Awal Ustadzah Tri Melawan Kanker
ibu dua anak ini telah mengidap kanker dari tahun 1994 yaitu kanker nasofaring. Sejak tahun 1994 sampai 2004, ustadzah Tri harus berjuang melawan 6 kanker. Di antaranya: 1) kanker nasofaring, 2) kanker trakea (pipa dipasang di tanam beberapa bulan di batang leher), 3) kanker otak stadium 3B dengan 2x pembedahan di kepala (1x gagal, 1x diangkat tulang tengkorak), 4) kanker ovarium kanan, 5) kanker abdomen (kanker dinding rahim sebelah kiri), 6) kanker usus besar.
Dampak Pengobatan Ustadzah Tri Saat Melawan Kanker
Dari perjalanan kanker di sepuluh tahun tersebut, beliau telah berkali-kali rawat inap, 38 x sinar radiasi, 172x fisioterapi, 6 paket kemoterapi, imuno terapi dan pengobatan lainnya. Karena beberapa kali menjalani terapi demi terapi tapi yang terjadi kerusakan fisik mulai terasa dari tahun 2010.
Dampak yang ustadzah Tri alami adalah gigi rontok. Bahkan sekarang sudah tidak punya gigi. Dan sudah diupayakan oleh dokter gigi. Sayangnya tahun 2012 ada pendarahan dan abses cukup serius dengan adanya gumpalan nanah. Khawatir kanker mulut, jadi gigi palsunya diangkat. Tak hanya itu, ada jantung lemah, paru-paru bocor, THT rusak, tulang lutut sakit dan diabetes. Serta kehilangan indra perasanya.
Baca juga: Tolak Bala dengan Sedekah
Ustadzah Tri di Mata Lingkungan dan Jamaahnya
Perjuangan melawan kanker yang dialaminya bagaikan roller coster. Akibat dari pengobatan tersebut dan karena tiada gigi, beliau kerap dipanggil ustazah metik (ustazah tanpa gigi).
Berat beban di pundaknya tak membuat ustadzah Tri menjadi putus asa. Beliau tetap aktif melanjutkan pendidikannya hingga saat ini kuliah S3 progam Doktor Ilmu Al Qur’an dan Tafsir di PTIQ Jakarta.
Ustadzah Tri juga aktif mengisi kajian di majlis taklim yang berada di perumahan, masjid, perusahaan, dan berbagai instansi. Selain itu beliau juga aktif mengisi seminar motivasi, juga aktif di kegiatan sosial APK (Aksi Peduli Kanker) di berbagai daerah.
“Jadi kalau dikatakan tubuh bu tri lemah, ya sangat lemah. Berkali-kali saya ceramah mimisan dan muntah darah. Berkali-kali kepala sakit dan berdenging, tapi hari ini alhamdulillah saya masih berdiri. Saya masih ada. Semata-mata karena kemurahan Allah kepada saya. Mungkin doa dari para jamaah yang menyayangi saya sehingga saya masih tetap ada hingga detik ini.” Ujar ustadzah Tri Handayani, Pejuang Kanker Sejak 1994.
Bagi ustadzah Tri perjuangannya melawan kanker adalah sebuah anugerah, bukan musibah. Karena baginya semakin dekat dengan Allah. Makin bersyukur, karena setiap detik hidup adalah anugerah.
“Alhamdulillah, Allah beri saya kekuatan. Kalau bukan karena kekuatan Allah, Tidak mungkin saya hadir disini.” Tutupnya.
Di sela kesibukan ustadzah Tri berdakwah, beliau juga memiliki banyak mimpi dan harapan. Salah satunya untuk bisa melanjutkan estafet dakwah dan kebaikan.
Bantu ukir senyuman dan wujudkan cita-cita mulia ustadzah Tri. Dukung Ustadzah Tri Terus Berdakwah. Donasi di sini.