Dunia adalah tempat untuk menabung amal untuk kehidupan selanjutnya. Islam dengan penuh perhatian mengajarkan kepada umat manusia agar hidup dalam keseimbangan, termasuk menjaga diri dari rasa cinta yang berlebih padanya. Hal ini karena dianggap cinta berlebih padanya bisa menjadi salah satu akar penyebab dari berbagai masalah spiritual. Ketenangan dan kesalehan hati dapat terganggu oleh keterikatan yang berlebihan.
Memohon Agar Selalu Mendapat Hidayah Allah SWT dan Tidak Berlebihan
Kesuksesan atau pun hidayah Allah SWT tidak akan diraih seseorang yang lebih mencintai dunia dan berlepas diri dari tanggung jawab beribadah. Dalam kitab Al Mu’in Ala Tadabbur Al Kitab Al Mubin, Majdi bin Ahmad Makki menjelaskan bahwa Allah SWT menjanjikan azab bagi yang lebih mencintai dunia daripada Allah SWT, RasulNya, dan jihad di jalanNya. Hal senada juga disampaikan oleh Syekh Mutawalli Asy Sya’rawi dalam tafsirnya bahwa Allah SWT tidak memberikan petunjuk bagi orang yang lebih mencintai dunia daripada Allah SWT, rasulNya dan jihad di jalanNya.
(Sumber: Qur’an Asy-Syifaa’)5 Langkah Agar Tidak Berlebihan Cinta Dunia
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi pandangan Islam tentang cinta yang berlebihan serta memberikan langkah-langkah praktis untuk menghindarinya.
1. Memahami Sifat Dunia dalam Perspektif Islam
Islam mengajarkan bahwa dunia ini sementara dan fana. Segala yang ada di bumi ini hanyalah ujian dan persiapan untuk kehidupan akhirat yang abadi. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman:
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,”(Al-Hadid: 20)
Pemahaman akan sifatnya yang fana dan sementara akan membantu kita untuk tidak terlalu terikat padanya.
2. Fokus pada Tujuan Akhirat
Islam mengajarkan pentingnya fokus pada kehidupan akhirat sebagai tujuan utama. Mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat akan membantu mengurangi keterikatan terhadapnya.
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allâh” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”[at-Taubah/9:38]
3. Memperbanyak Ibadah dan Kebaikan
Mengisi waktu dengan ibadah, dzikir, membaca Al-Quran, dan berbuat kebaikan kepada sesama akan membantu mengalihkan perhatian dari kecenderungan terlalu mencintai kehidupan. Aktivitas-aktivitas ini akan memperkuat hubungan spiritual dengan Allah SWT dan meningkatkan kecintaan terhadap-Nya.
4. Menjaga Lingkungan dan Pertemanan
Mengelilingi diri dengan lingkungan dan teman yang memprioritaskan nilai-nilai spiritual dan akhirat akan membantu menjaga kesadaran akan pentingnya tujuan akhirat dalam hidup. Berinteraksi dengan teman-teman yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama akan memberikan dukungan moral dan spiritual.
5. Bersyukur atas Nikmat Dunia Sebagai Anugerah Sekaligus Titipan
Islam mengajarkan agar kita bersyukur atas nikmat-nikmatNya, tetapi dengan memahami batasannya. Mensyukuri nikmat-nikmat dengan menyadari bahwa mereka hanyalah titipan sementara dari Allah SWT akan membantu kita untuk tidak terlalu terikat padanya. Karena itu berbagi menjadi salah satu bukti syukur terhadap nikmat, sekaligus memberikan “titipan Allah” kepada kaum-kaum yang berhak menerimanya. Cinta yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan spiritual dan menghalangi perkembangan diri menuju akhirat.
Baca juga: Pilihan Puasa Ketika Safar, Mana yang Harus Diutamakan?
Dunia Sementara, Akhirat Selamanya: Jadikan Usia Bekal untuk Mendekat PadaNya
Dengan kita memahami sifat cinta berlebih padanya dalam perspektif Islam, maka kita akan jauh lebih fokus pada akhirat, memperbanyak ibadah dan kebaikan, menjaga lingkungan dan teman, serta bersyukur atas nikmat dunia dengan sebagai anugerah sekaligus titipan, semoga kita dapat menghindari keterikatan yang berlebihan terhadap dunia dan senantiasa menjadikan waktu atau usia yang kita miliki sebagai bekal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, kita dapat mencapai ketenangan dan kesalehan hati yang sejati.