Dalam khutbah Jumat, ustadz Adi Hidayat menyampaikan hahikat dan hikmah hari Jumat.
Dahulu, jauh sebelum masa Islam, masyarakat Arab jahiliyah sudah memiliki agenda pekanan untuk aktivitas mereka. Pertama, ada yang sibuk berdagang. Ada lagi yang sibuk dengan penyair. Ada lagi yang sibuk dengan jimat-jimat pada kesan spiritual. Ada juga yang sibuk jasanya untuk menyakiti atau melawan musuh itulah tukang sihir.
Empat golongan ini terbiasa beraktivitas menebar ke beragam tempat untuk merefleksikan kebiasaan mereka. Kemudian ketika datang Islam membawa risalah kemuliaan dan diangkat kezaliman diubah menjadi cahaya dan kemanusiaan pada saat itu.
Baca juga: 3 Hadist Tentang Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Hari Jumat
Bersegera Menunaikan Panggilan Allah SWT
Sesaat sebelum hijrah, Allah SWT menurunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menunjukkan perbedaan antara orang yang sudah beriman dan berislam dengan orang yang belum beriman dan berislam. Maka turunlah surah ke 62 ayat 9, merubah nama dari hari ‘Arubah menjadi Yaumul Jum’ah atau hari Jumat.
Dalam Al-Quran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
3 Makna dan Hikmah Hari Jumat
Jum’ah ada yang mengatakan dari ijtima’. Sedangkan Ijtima’ hanya sekedar berkumpul. Tapi Jum’ah setidaknya ia memiliki 3 makna utama. Pertama, Jum’ah mengandung kata ‘aljam’u (datang berkumpul), Kedua, Jum’ah juga mengandung kata at’taaruf (saling mengenal). Jumat yang ketiga yaitu al-ihtimam (saling memberi perhatian). Sehingga orang yang datang ke Jumat itu, kalau datang bukan hanya sekedar berkumpul tapi kenali siapa yang datang di kanan kirinya, depan belakangnya.
Jadi nilai Jumat ini memberikan nilai perhatian dan solusi, kecuali hadir persatuan, sinergitas dan hadir kemaslahatan di antara insan beriman. Iman kita dipertaruhkan untuk esensi Jumat dalam kehidupan.
Pembedanya kata Allah, jika ada seruan akan dimulai Shalat Jumat, maka merenungkan secara singkat tentang bekal untuk kembali kepada Allah berupa dzikrullah. Kata dzikir tidak ditunjukkan kecuali menunjukkan kepada seluruh aktivitas untuk medekatkan diri kepada Allah SWT. Mulai dari shalat, membaca dan menghafal al-quran.
Hikmah Hari Jumat: Perbanyak Mengingat Allah SWT
Maka ketika datang seruan untuk menunaikan shalat Jumat, umat muslim dianjurkan untuk segera mengingat Allah SWT, bekal apa yang sudah dipersiapkan untuk menghadap kepada Allah SWT. Kita harus merubah perilaku insan beriman untuk mencari bekal berpulang dengan banyak beramal soleh.
“Maka Jumat, Nabi Adam AS. diciptakan. Jumat pula Nabi Adam AS. diwafatkan. Dan Pada hari Jumat kehidupan dunia akan berakhir. Jika bukan dunia yang meninggalkan kita, maka boleh jadi kita yang akan meninggalkan dunia. Maka pada Jumat itulah kita diminta untuk merenung, seandainya Jumat ini berpulang maka bekal apa yang sudah kita siapkan untuk menghadap Allah SWT?” Nasihat Ustadz Adi Hidayat.
Sumber: Hakikat dan Hikmah Hari Jum’at – Ustadz Adi Hidayat