“Apa saja hikmah dibalik peristiwa Isra Mi’raj yang bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua?”
“Ada 3 hal penting bahkan didokumentasikan oleh para ulama dari klasik sampai kontemporer. Bukan hanya ulama tafsir bahkan pakar hadist pun menyampaikan tentang bagian-bagian penting dari perjalanan Isra Mi’raj agar menjadi panduan kehidupan, sekaligus inspirasi bagaimana menghadapi situasi krusial dalam kehidupan termasuk berinteraksi dalam kehidupan.” Tutur Ustadz Adi Hidayat dalam taushiyyahnya.
Peristiwa isra miraj yang pertama diawali pada tahun ke-10 dari kenabian Rasulullah SAW saat dilantik menjadi Nabi dan Rasul. Di awali bulan Ramadan saat wafatnya Sayyidah Khadijah ra. begitupun wafatnya paman Nabi Abu Thalib ra.
Keduanya adalah tameng terdekat Rasulullah SAW dalam berdakwah bagaimana saat Nabi menghadapi tantangan masyarakat Mekkah saat itu, maka pamannya adalah orang pertama yang maju dan datang membela serta melindungi Nabi. Baik dakwahnya ataupun melindungi fisik Nabi. Di rumah pun, ada rasa kasih yang mendamaikan dari Sayyidah Khadijah yang paling menguatkan ketika membawa kegelisahan.
Di waktu bersamaan, tahun ke-10 hijrah tersebut keduanya wafat di tahun yang sama. Nabi SAW sangat sedih luar biasa sampai sejarawan sepakat menjadikan tahun tersebut sebagai Aamul Huzni (tahun kesedihan). Ketika hilang perisai itu, maka cacian, intimidasi semua didapatkan langsung oleh Nabi. Begitupun di rumah, saat biasanya didapati keteduhan dari Sayyidah Khadijah ra. namun tidak lagi didapatinya.
Akhirnya, beliau mencoba untuk menempuh perjalanan ke Thaif. Beliau berharap ada satu suku yang terhormat, maka penduduk Thaif dari Bani Tsaqif bisa memberikan kekuatan perlindungan dari risalah dakwah yang beliau bawa.
Beliau berjalan kaki sebanyak 100 km ke wilayah Thaif ditemani Zain bin Haritsah. Ternyata sampai di Thaif, harapan bahwa dakwah bisa disambut dengan baik justru tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapi. Penduduk Thaif, khususnya Bani Tsaqif justru merespon dengan tindakan yang menyakiti, seperti lemparan bebatuan. Ini adalah situasi yang menyakitkan bagi Nabi, bahkan kakinya terluka.
Ketika beliau sedang istirahat di satu kebun kurma, maka malaikat Jibril diperintahkan Allah SWT untuk menyampaikan pesan kepada malaikat penjaga bukit di Thaif.
“Mintakan kepada Rasulullah, apapun yang diminta taati.”
Di sini titik pelajaran yang penting kepada kita semua, “Ya Rasulullah, apa yang engkau perintahkan, aku taati. Sekiranya engkau perintahkan aku saat ini untuk mengangkat bukit Thaif dan menimpakan kepada penduduk Thaif yang menyakitimu, maka aku lakukan.” Ujar malaikat penjaga bukit Thaif.
Nabi menjawab, “Tidak, jangan lakukan! Boleh jadi mereka menghadirkan respon yang menyakiti dan melukai itu bukan karena untuk sengaja menyakiti. Namun mereka melakukannya karena mereka belum tahu saja hakikat sesuatu, tentang manfaat agama ini. Maka aku berharap ada keturunan-keturunan di Thaif ini yang kelak akan beriman pada risalah Muhammad shalallahu Alaihi wassalam.”
Kemudian Rasulullah berdoa, “Ilahi, ilayka asyku dha’fa quwwati wa qilla hillati wahawani alan nas. Ya Allah saat ini aku mengadukan kepadamu, tentang kelemahanku dan kurangnya dayaku dihadapan manusia. Duhai Yang Sempurna Kasih dan Sayagnya. Aku menyadari dan meyakini Engkau adalah perawat setiap orang-orang yang lemah, golongan yang terlemahkan, dan engkaulah yang merawatku, mengasihiku. Setelah perlakuan di Thaif ini kemana lagi aku harus melangkah menyampaikan dakwah? Apakah ke tempat yang masih jauh dan di tempat itu masih ada sekelompok orang yang menyakitiku. Atau tempatnya masih dekat, yang ketika aku sampai ke tempat itu masih ada orang-orang yang tidak suka kepadaku lantas akan menyakitiku lagi? Sepanjang Engkau tidak marah kepadaku, Aku tidak peduli, Engkau sampaikan aku ke tempat yang jauh dan berpotensi menyakitiku, atau tempatnya masih dekat berpotensi aku disakiti dan dimusuhi. Aku terima Ya Allah, yang penting engkau tidak marah. Dan aku yakin kasihMu kepadaku lebih luas dibandingkan perlakuan yang menyakitkan itu. Ya Allah aku bersandar kepadamu sepenuhnya, sepanjang Engkau tidak turunkan kemarahanMu kepadaku maka Aku bertawakal kepadaMu. Ya Allah Aku bertawakal sepenuhnya kepada ridhaMu dan sungguh segala daya dan kekuatan, semua aku kembalikan.”
Inilah yang akhirnya menggetarkan Arasy dan menghadirkan undangan spesial dari Allah akan peristiwa Isra dan Miraj yang kemudian akan dialami Rasulullah SAW.
3 Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Mi’raj
Saat sebelum terjadinya peristiwa Isra Mi’raj, sudah ada hikmah yang bisa diambil dari kisah Rasulullah. Ustadz Adi Hidayat menyampaikan setidaknya ada 3 hikmah dibalik peristiwa Isra Mi’raj yang bisa dijadikan pelajaran untuk kita semua.
Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Mi’raj Bagian Pertama
Hikmah pertama yang bisa kita ambil adalah para ulama mengajarkan seakan Allah ingin memberikan 3 hal penting. Setiap risalah kebaikan yang memperbaiki, menghadirkan kemajuan, kemuliaan baik di tantanan masyarakat, keluarga atau individu, setiap itu semua pasti akan berhadapan dengan ujian dan tantangan yang menguji kesungguhan kita dalam perbaikan.
Mesti disadari langkah, kebijakan apapun, jangan dikira semua akan berjalan mudah. Semua yang baik itu pasti akan berhadapan dengan ujian, tantangan-tantangan yang hikmahnya justru ingin menguji keseriusan kita dalam menghadirkan perbaikan yang menyejahterakan itu. Sebagaimana mengutip dalam surat Al-Imran (3) di ayat 142.
Semakin tinggi dan besar kebijakannya maka semakin tinggi pula tantangannya. Kesuksesan akan bersanding dengan ujian.
Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Mi’raj Bagian Kedua
Hikmah kedua mengantarkan pesan kepada kita, bagaimana sikap Rasulullah secara profesional dalam menyampaikan risalah yang disampaikan. Boleh jadi ada yang mencela, indahnya narasi Isra Mi’raj bahwa sikapi segala hal itu dengan sikap profesional. Mengantarkan kita berpikir dengan ukhuwah, bukan terpecah belah. Mencintai bukan melukai. Merangkul bukan memukul.
Jika kita menghadirkan perbaikan-perbaikan bila didapati respon gejolak sosial maka hadapi dengan profesional. Dan berikan respon sesuai kadarnya masing-masing.
Baca juga: Optimalkan Kesempatan untuk Berbuat Baik
Hikmah Dibalik Peristiwa Isra Mi’raj Bagian Ketiga
Hikmah ketika adalah semua perlindungan dan harapan hanya terpusat kepada Allah, dan menjauh dari harapan-harapan kepada manusia. Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib keduanya adalah pelindung bagi risalah Nabi, Allah berkehendak memberikan perlindungan langsung kepada Nabi SAW. Peristiwa ini memberikan kesan kepada kita, kalau ingin mendapatkan bimbingan sempurna maka arahkan semua permohonan perlindungan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dan keistimewaan itu Allah kirimkan undangan khusus berupa peristiwa Isra Mi’raj. Sebagaimana surat Al-Isra ayat 1.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Isra: 1)