Inilah Keutamaan Membaca Kalimat Tahlil dan Mengingat Allah SWT
keutamaan membaca kalimat tahlil

Date

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

“Tahukah sahabat, bahwa terdapat keutamaan membaca kalimat tahlil lâ ilâha illâ Allah?”

Hadist Qudsi Tentang Keutamaan Membaca Kalimat Tahlil

keutamaan membaca kalimat tahlil

Abu Sa’id Al-Khudri r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Nabi Musa as pernah berdoa, ‘Wahai Tuhanku! Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku bisa mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu dengannya.’ Allah menjawab, ‘Wahai Musa! Ucapkanlah lâ ilâha illâ Allah.’ Musa ber kata, ‘Wahai Tuhanku! Semua hamba-Mu mengata-kannya.’ Allah menjawab, ‘Ucapkanlah la ilaha illa Allah.’ Musa berkata, “Tidak ada tuhan kecuali Engkau, wahai Tuhanku. Tetapi aku menginginkan sesuatu yang Engkau khususkan untukku.” Allah menjawab, ‘Wahai Musa!Kalaulah langit yang tujuh itu dimakmurkan oleh selain Aku, dan bumi yang tujuh berada dalam satu genggaman, sedangkan kalimat la ilaha illa Allah berada dalam genggaman yang lain, niscaya langit itu akan cenderung kepada kalimat la ilaha illa Allah. ” (HR Abu Ya’la, Al-Hakim, Al-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban)

Keutamaan Membaca Kalimat Tahlil dan Mengingat Allah SWT

keutamaan membaca kalimat tahlil

Dalam hadis yang lain disebutkan, bahwa Musa as. berdoa, “Wahai Tuhanku! Aku sangat ingin tahu siapa hamba-Mu yang paling Engkau cintai sehingga aku bisa mencintainya?” Allah berfirman, “Apabila engkau melihat hamba-Ku banyak berzikir kepada-Ku, Aku sangat mencintainya. Dan apabila engkau melihat hamba-Ku tidak pernah berzikir kepada-Ku, Aku sangat murka padanya.” (HR Al-Daraquthni)

Pentingnya dan Keutamaan Membaca Kalimat Tahlil

keutamaan membaca kalimat tahlil

Kalimat tahlil menjadikan seorang hamba merasa memiliki kebebasan yang mutlak, kekuatan, dan kemuliaan. Dengan merasakan makna yang dikandung kalimat itu, seseorang akan naik kepada luhurnya kalimat tauhid dengan segala ketinggian yang dimilikinya. Akhirnya, dia akan merasa bahwa Allah Swt. Maha Berbuat dengan apa yang dikehendaki-Nya, dan tidak akan terjadi dalam kekuatan-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki. Dengan demikian, dia akan merasa ridha dengan segala takdir yang menimpanya.

Adapun keadaan orang yang mengucapkan kalimat tahlil dengan ikhlas dari dalam hatinya ada beberapa macam, antara lain:

1. Dia tidak akan takut terhadap celaan dari para pencela.

2.Dia tidak akan mengharapkan rezeki kecuali dari sisi Allah.

3.Dia tidak akan bersandar dan teguh teguh kecuali kepada Allah.

4.Dia tidak akan menyerahkan urusannya kecuali hanya kepada Allah.

Baca juga: Keutamaan Dzikir Kepada Allah dan Faidahnya

Barang siapa yang telah mengalami keadaan-keadaan ini, niscaya dia akan merasakan ketenangan dan rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang telah dituliskan untuknya. Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dalam kemurkaan orang-orang, maka Allah akan ridha kepadanya, dan Dia akan menjadikan manusia ridha kepadanya. Dan barang siapa yang mencari murka Allah dari keridhaan orang-orang, niscaya Allah akan murka kepadanya, dan menjadikan orang-orang murka kepadanya.”

Allah SWT. berfirman, Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS Al-Isrâ ‘ [17]: 111).

Nabi Saw. Bersabda, “Barang siapa yang membaca ayat, Dan katakanlah, ‘Segala puji bagi Allah Yang tidak memiliki anak dan tidak memiliki sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan agung-kanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya’ (QS Al-Isrâ’ [17]: 111), maka Allah akan menetapkan pahala yang banyak sebesar bumi dan gunung. bumi belah, dan gunung-gunung runtuh (QS Maryam [19]: 90).”

Diriwayatkan bahwa Nabi Saw. memerintahkan seseorang yang pernah mengadukan utangnya kepada beliau agar dia membaca ayat 17 dari Surat Al-Isrâ’ kemudian berkata, “Aku bertawakal kepada Allah Yang Mahahidup dan tidak mati,” sebanyak tiga kali.

Diriwayatkan bahwa barang siapa yang memasuki rumahnya atau keluar darinya, lalu dia berkata, “Dengan nama Allah, sungguh atas kehendak Allah semua itu terjadi, tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah,” maka setan akan lari dari hadapannya, dan Allah akan menurunkan berkah kepadanya.

Aisyah r.a. berkata, “Apabila seseorang keluar dari rumah- nya lalu dia berkata, ‘Bismilâh (dengan nama Allah),’ maka malaikat akan berkata, ‘Engkau telah diberikan hidayah.’ Dan apabila orang itu berkata, ‘Må sya’a Allah (sungguh semua itu terjadi atas kehendak Allah),’ maka malaikat akan berkata, ‘Engkau telah diberikan kecukupan.’ Dan apabila orang itu berkata, Lâ quwwata illâ billâh (tidak ada kekuatan kecuali dengan bantuan Allah),’ maka malaikat akan berkata, ‘Engkau telah dijaga dari gangguan setan.”” (HR Al-Tirmidzi)

Nabi Saw. pernah bertemu dengan Abu Hurairah r.a., “Maukah kamu aku menawarkan sebuah kalimat dari surga?” Abu Hurairah menjawab, “Tentu.” Dia pernah kehilangan, “Lâ haula wa lâ quwwata illâ bi Allâh (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah).”

Anas bin Malik r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. suatu saat, “Barang siapa melihat sesuatu yang membuatnya takjub, lalu dia berkata, ‘Sungguh semua ini terjadi atas kehendak Allah. Tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah,’ maka bisikan setan tidak akan pernah menghampirinya.”

Diriwayatkan bahwa siapa saja yang mengatakan empat kata, niscaya dia akan aman dari empat masalah:

(1) Barang siapa yang berpikir, mâ sya’a Allâh wa lâ quw- wata illâ bi Allâh, maka dia telah aman dari gangguan setan;

(2) Barang siapa yang berpikir, hasbunâ Allâh wa ni’ma al-wakil, maka dia telah aman dari tipu daya setan;

(3) Barang siapa yang berkata, “Aku serahkan segala urusanku kepada Allah,” maka dia telah aman dari makar manusia;

(4) Barang siapa yang berpikir, lâ ilâha illâ anta subhâ- naka innî kuntu min al-zhâlimin, maka dia telah aman dari kesedihan.

Referensi: ‘Iwadh, Ahmad ‘Abduh, 2008, Mutiara Hadis Qudsi Jalan Menuju Kemuliaan dan Kesucian Hati, Bandung: PT Mizan Pustaka

More
articles