Bagaimana Sejarah Qurban dalam Islam?
keutamaan melaksanakan kurban

Date

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Sejarah qurban perlu diketahui umat islam untuk menumbuhkan rasa kecintaan, taat dan keyakinan yang penuh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sejarah qurban bermula dari kisah antara Nabi ibrahim as dan anaknya yaitu Nabi Ismail. Qurban kerap dilakukan pada hari Raya Idul Adha atau 10 Dzulhijjah dan hari tasyrik yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Lalu, bagaimanakah sebenarnya kisah mula disyariatkannya qurban?

Awal Mula Sejarah Qurban

sejarah qurban

Pada mulanya dikisahkan bawa Nabi Ibrahim dan Siti Sarah yang sudah mulai menua, belum juga dikaruniai anak. Kemudian Nabi pun berdoa kepada Allah SWT.

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS. As-Saffat: 100)

Singkat cerita, setelah Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar, lalu sang istripun mengandung dan melahirkan putra yang kemudian diberi nama Ismail. Maka turun ketetapan Allah bahwa Hajar dan Ismail mesti dipisahkan oleh Ibrahim. Yang kemudian anak dan istrinya ditinggalkan di Kota Mekkah.

Baca juga: Hikmah Qurban, Menguji Keikhlasan dan Keimanan

Sejarah Qurban: Wahyu yang Berasal dari Mimpi

sejarah qurban

Seiring waktu, Ismail kecil tumbuh sebagai anak yang shaleh dan cerdas serta berakhlak mulia. Saat Ismail beranjak besar atau berusia gulam kurang lebih berumur tujuh tahun ke atas. Pada saat itulah sebenarnya Ibrahim sedang sangat merasakan manfaat dan bahagianya memiliki anak yang sholeh seperti Ismail. Namun, suatu malam Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia menyembelih anaknya. Sedangkan mimpinya para Nabi bagi dari wahyu yang harus dilaksanakan. Inilah yang kemudian menjadi awal mula syariat qurban.

 

Kisah ini kemudian diabadikan dalam Al-Quran, surat As-Saffat ayat 102..

  1. Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Sebagai orang tua, Nabi Ibrahim tentu sangat menyayangi Ismail. Namun karena ia mendapatkan mimpi untuk menyembelih sang anak, Nabi pun menjadikannya itu wahyu dan menceritakan perihal mimpi itu kepada anaknya. Walaupun merasa sangat sedih karena harus menyembelih sang anak, Nabi Ibrahim pun tetap menjalaninya sebagai ketaatan kepada Allah SWT. Sedangkan Ismail, anak yang sangat berbakti pun pada akhirnya dengan penuh keridhaan menerima perintah Allah dengan sepenuh hati.

Baca juga: Bagaimana Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban yang Benar?

Nabi Ismail diletakkan di atas batu. Allah membiarkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih Nabi Ismail dengan pedangnya dan Ismail kecilpun sudah siap memberikan lehernya untuk disembelih. Namun sebagai balasan atas pengorbanan Nabi Ibrahim, digantilah Ismail dengan hewan sembelihan yang besar. Kisah itu terabadikan dalam Surah As Saffat ayat 103-110.

  1. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah).
  2. Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim!
  3. sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
  4. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
  5. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
  6. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
  7. “Selamat sejahtera bagi Ibrahim.”
  8. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Sejarah Qurban dan Syariat Bagi Umat Islam 

Melalui sejarah qurban yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, pada akhirnya jadilah sebuah hukum qurban yang dilakukan pada hari raya Idul Adha. Maka selama ada orang yang berqurban untuk Allah, maka Nabi Ibrahim dan Ismail pun hakikatnya sedang panen pahala. Karena perbuatannya itu dikenang dan dijadikan syariat. Inilah yang kemudian kita kenal sebagai sejarah qurban. Nabi Ibrahim sangat yakin dengan janji Allah. Ini juga menjadi contoh kepada kita tentang makna keikhlasan dan keyakinan kepada Sang Pencipta terhadap janji Allah SWT.

Bagi sahabat Darmacare yang memiliki niat berqurban, silahkan kontak admin UCare Indonesia melalui:

Telp. (021) 8896 0316
Hotline. +62 8222 3339 773

 

More
articles