Adab-adab safar atau aturan selama perjalanan kiranya perlu diperhatikan seorang yang akan mengadakan perjalanan. Ada waktunya seorang muslim akan melaksanakan perjalanan, baik keluar kota atau pun negara dalam suatu waktu.
Meskipun dalam kondisi safar, seorang muslim tetap diwajibkan menjalankan shalat. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur sedemikian rupa, termasuk di antaranya panduan shalat dan bersuci bagi seorang musafir (orang yang melaksanakan perjalanan).
Definisi Safar dan Adab-Adab Safar?
Safar merupakan menempuh suatu perjalanan dan tidak menetap di tempat tujuan. Sedangkan menurut istilah adalah keluarnya seseorang dari kampung halamannya untuk menuju tempat tertentu yang menempuh jarak tertentu untuk mencapainya.
Sebagaimana yang kita rasakan, safar atau perjalanan adalah kondisi yang berat dan melelahkan. Oleh karena itu, Islam pun memberikan keringanan kepada umatnya agar senantiasa mampu menjalankan peribadatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam perjalanan.
Baca juga: 7 ADAB TIDUR SESUAI SUNNAH RASULULLAH SAW
Apa Saja Adab-Adab Safar?
Safar di dalam Islam menjadi nilai kebaikan manakala adab-adabnya dijaga. Di antara adab-adab safar yaitu:
- Hendaknya safar tidak sendirian, tapi dilakukan bersama orang lainnya. Seperti suami/istri, orang tua, keluarga dan lainnya. Sehingga safar menjadi lebih aman dan bisa saling mengingatkan tentang kebaikan dan melarang kemungkaran di perjalanan.
- Mencari teman safar yang shaleh agar perjalanan safar penuh dengan hal-hal yang bermanfaat, serta jauh dari Kesia-siaan dan maksiat.
- Memilih ketua dalam perjalanan, hendaknya menunjuk seseorang untuk menjadi ketua rombongan dalam perjalanan.
- Seorang Wanita hendaknya safar bersama mahromnya. Ia juga tidak boleh bersoleh, tidak memakai wangi-wangian, tidak berpakaian tipis dan ketat serta menghindari ikhtilat (campur baur laki-laki dan perempuan).
- Membaca doa keluar rumah.
- Dianjurkan untuk berpamitan kepada keluarga dan tetangga serta kerabat sebelum safar.
- Dianjurkan untuk melakukan safar (perjalanan) pada hari Kamis dan berangkat pagi-pagi ketika akan melakukan perjalanan.
- Membaca doa naik kendaraan.
بِسْمِ اللَّهِ (3x)
الحَمْدُ للِه
سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
سُبْحَانَكَ إِنِّى قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِى فَاغْفِرْ لِى فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
Dengan menyebut nama Allah (3x). Segala puji bagi Allah.
Mahasuci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami.
Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri maka ampunilah aku, karena tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau.
9. Bertakbir mengucapkan “Allahu Akbar” ketika sedang jalan mendaki atau naik. Bertasbih mengucapkan “Subhanallah” ketika jalan menurun.
10. Hendaknya menggunakan waktu perjalanan untuk memperbanyak doa. Karena ketika safar adalah waktu terkabulnya doa.
11. Hendaknya orang yang bersafar segera pulang ketika urusannya sudah selesai.
12. Dianjurkan shalat sunnah dua rakaat di masjid ketika pulang dari safar sebelum menuju ke rumah.
Baca juga: Doa Agar Diberikan Kemudahan Urusan
Adab-Adab Safar dan Keringanannya
Apabila seorang musafir kesulitan dalam menemukan air atau tidak mampu menggunakan air karena ada sebab yang menghalanginya, syariat Islam membolehkan kepadanya untuk tayamum. Kemudian, bila seorang musafir menjumpai kesulitan menunaikan shalat pada waktunya masing-masing, Islam membolehkan adanya shalat jamak. Shalat ini sangat meringankan bagi musafir sebab menghimpun dua shalat dalam satu waktu.
Bahkan, Islam pun membolehkan shalat qoshor. Shalat qoshor adalah meringkas shalat yang tadinya empat rakaat menjadi dua rakaat, agar ia nyaman dalam perjalanan dan tidak terburu-buru menunaikan shalat.
Referensi: Tim LBKI, Mencintai Rosululloh, 2019, Lembaga Buku Kecil Islami