Khutbah Idul Adha adalah bagian dari momentum sarat pesan hikmah di hari raya. Setelah sebelumnya kita melalui 10 hari istimewa di bulan Dzulhijjah. Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun. (HR. Abu Daud no. 2438, At Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968, dari Ibnu ‘Abbas)
Penuh Makna Khutbah Idul Adha
Berikut adalah nasihat mendalam saat Ustadz Dr. Adi Hidayat, Lc. MA. menjadi khotib shalat Idul Adha 1443 H di masjid Al-Ihsan PTM-VJS, Bekasi. Hari kesepuluh adalah hari puncak hari perjuangan di bulan Dzulhijjah 1443 Hijriyah dengan Idul Adha atau disebut pula Idul Qurban. Dalam bahasa Arab Ied adalah tempat kembali. Setiap kita pasti akan wafat dan akan kembali kepada Allah. Maka Ied merefleksikan pesan bahwa suatu saat kita akan kembali, puncaknya kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Tapi apakah setiap hamba yang akan wafat memiliki bekal yang cukup? Sudah pasti diampuni oleh Allah? Sudah pasti disambut dengan kalimat ‘Yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah…’? Setiap hamba yang wafat akan pulang dalam keadaan husnul khotimah?
Sebelum kita menjawabnya, maka Allah sudah lebih dulu mengingingkan seorang hamba yang berpulang memiliki kedekatan dengan Allah SWT. Setiap hamba yang berpulang mesti mendapatkan rahmat Allah dan ampunan Allah SWT.
Baca juga: 5 Sunnah Sebelum Shalat Idul Adha
Merefleksikan Hikmah Qurban dari Khutbah Idul Adha 1443H
Dekat kedekatan yang berlebih dalam bahasa arab disebut dengan qurban. Asal kata kerja qoruba berarti sesuatu yang dekat. Qurban bentuk superlatif dari qoruba yang artinya menjadi semakin mendekat.
Idul Qurban hakikatnya memberikan pesan kepada kita bahwa latihan momentum kesempatan yang disajikan oleh Allah SWT khususnya di pembuka Dzulhijjah itu adalah momentum yang disediakan dan ditampilkan untuk kita. Untuk membangun kedekatan lebih dengan Allah SWT. Sehingga dengan itu saat tiba waktunya Ied kita pulang. Bukan hanya hadir ke hari raya, bukan hanya kembali pada momentum shalat dua rakaat dan mendengar khutrbah. Tapi saat tiba waktunya pulang, tapi keadaan kita lebih dekat dengan Allah SWT.
Khutbah Idul Adha: 3 Jalan yang Bisa Ditempuh Umat Islam
Untuk melahirkan sifat qurban yang berkualitas maka Allah memberikan kesempatan untuk menempuh 3 jalan yang berbeda jalannya, tapi serupa esensinya.
1) Diundang langsung oleh Allah ke baitullah di tanah haram untuk menunaikan ibadah haji.
Hakikat haji tertumpu pada Arafah. Kata nabi dalam sabdanya yang popular “Al hajju Arafah” puncak haji itu ada pada momentum Arafah. Dalam Arafah juga disebut dengan Arafah bukan sekdar datang, duduk diam. Tapi disebut dengan wukuf mengenal diri, mengenal Allah, mengoreksi apa yang selama ini menjadikan seorang hamba jauh dari Allah SWT.
Kenapa selama ini dipanggil shalat, masih tunggu iqomah?
Kenapa salama ini masih menunda-nunda shalat bahkan untuk mengejar kesenangan dunia semata?
Kenapa sampai usia puluhan tahun masih belum dekat dengan Allah, belum mampu membaca Al-quran, belum bisa konsisten menunaikan shalat sunnah, belum mampu untuk bersadaqah, belum mampu melaksanakan puasa sunnah, bahkan dia duduk untuk merenung dekat dengan Baitullah?
Kalau sudah dekat dengan Baitullah diminta untuk merenungkan, meninggalkan semata urusan dunianya. Untuk mengenali diri, mengenal Allah, sehingga melahirkan kualitas hamba yang dekat dengan Allah.
2) Berqurban. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memahami, mengerti ada sebagian hamba yang belum mampu berangkat haji. Maka Allah berikan kesempatan kedua yaitu qurban. Al udhiyyah nama lainnya. Bahkan diserupakan esensinya dengan orang yang sedang berihram. Orang yang berqurban itu menghadap ke arah kiblat dan bermohon kepada Allah, ‘iini wajjahtu wajhiya…”
Baca juga: 5 Sunnah Saat Menyembelih Hewan Qurban
3) Menunaikan puasa. Yang di tanah haram wukuf di hari kesembilan, maka yang di tanah air bisa berpuasa. Ikuti cara mendekat kepada Allah seperti orang yang sedang wukuf di Arafah. Mengoreksi dan intropeksi diri. Kita merenung apa yang selama ini menjadikan jauh dari Allah? Mungkin dengan puasa akan lebih tenang, lebih khusyu dan sadar ia maka terjadi kedekatan hubungan dengan Allah.