Bulan Sya’ban: Bulan Diangkatnya Amal
amalan sunnah di bulan sya'ban

Date

Facebook
Twitter
WhatsApp
Telegram

Daftar Isi

Saat ini kita sedang berada di bulan Sya’ban, bulan diangkatnya amal. Adapun bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender hijriyah dan dalam istilah penanggalan Jawa kerap dikenal sebagai bulan Ruwah. Bulan Sya’ban masuk dalam bulan yang mulia karena ia adalah satu bulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Nama Syakban berarti “pemisahan”, disebut demikian karena orang-orang Arab pagan berpencar dan berpisah pada bulan ini untuk mencari air. (sumber: Wikipedia).

 

Dalam satu hadist dijelaskan, dari sahabat Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban?”

 

Beliau menjawab,

ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

“Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan. Padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Rabb yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa-i no. 2329)

Baca juga: 12 Bulan dalam Islam yang Perlu Diketahui

Terdapat peristiwa yang mulia di bulan Sya’ban, seperti diangkatnya amal perbuatan kita oleh malaikat pencatat amal untuk dilaporkan kepada Allah, Rabb Semesta Alam. Pada kondisi inilah, Nabi suka saat amalan diangkat kepada Allah di bulan ini, beliau dalam kondisi baik, salah satunya dengan mengisi amalan puasa di dalamnya.

 

Dijelaskan oleh para ulama bahwa proses pelaporan amal kepada Allah Ta’ala terjadi tiga kali:

  1. Harian
  2. Pekanan
  3. Tahunan

Baca juga: Makna Bulan Sya’ban dan Amalan yang Dianjurkan!

Mengutip dari Konsultasi Syariah, pelaporan amal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Bulan Sya’ban, Bulan Diangkatnya Amal

Bulan Diangkatnya Amal

Pertama, pelaporan amal harian.

Yaitu terjadi dua kali dalam sehari : pagi saat sholat subuh, dan sore saat sholat asar.

Mengutip hadis dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, “Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

 

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلاَئِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلاَئِكَةٌ بِالنَّهَارِ وَيَجْتَمِعُونَ فِى صَلاَةِ الْفَجْرِ وَصَلاَةِ الْعَصْرِ ثُمَّ يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِى فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّون

 

“Para Malaikat dimalam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar, kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (ke langit).

 

Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui dari mereka, “Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-hamba-Ku?”

 

Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat.” (HR. Ahmad 8341, Bukkhari 555, Muslim 1464 dan yang lainnya).

 

Kedua, pelaporan amal pekanan.

Bulan Diangkatnya Amal

Terjadi setiap hari Senin dan Kamis.

 

Dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu mengabarkan, “Aku pernah mendengar Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

 

إن أعمال بني آدم تعرض كل خميس ليلة الجمعة ، فلا يقبل عمل قاطع رحم

 

Amalan-amalan manusia dilaporkan kepada Allah setiap hari Kamis malam Jumat. Orang yang memutus tali silaturahmi, amalannya tidak akan diterima. (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Dalam riwayat Tirmidzi dijelaskan,

 

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ ؛ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

 

Amalan manusia dilaporkan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis, dan aku suka saat amalku dilaporkan, kondisiku sedang puasa.

 

Ketiga, pelaporan tahunan 

Bulan Diangkatnya Amal

Bulan diangkatnya amal terjadi di bulan Sya’ban.

Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda,

ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

“Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan, padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin saat amalku diangkat dalam keadaan berpuasa.” (HR. Nasa-i no. 2329)

 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,

 

عمل العام يرفع في شعبان ؛ كما أخبر به الصادق المصدوق ويعرض عمل الأسبوع يوم الاثنين والخميس ، وعمل اليوم يرفع في آخره قبل الليل ، وعمل الليل في آخره قبل النهار . فهذا الرفع في اليوم والليلة أخص من الرفع في العام ، وإذا انقضى الأجل رفع عمل العمر كله وطويت صحيفة العمل

 

Amalan manusia dalam satu tahun, diangkat pada bulan Sya’ban. Sebagaimana dikabarkan oleh As-Shodiqul Mashduq (Orang yang jujur lagi dibenarkan, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) bahwa Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal.

 

Demikian pula amalan dalam sepekan dilaporkan kepada Allah pada hari Senin dan Kamis. Adapun amalan (pent, harian) siang dilaporkan di penghujung siang sebelum malam tiba.  Dan amalan malam dilaporkan di penghujung malam sebelum tibanya siang.

Pelaporan amal harian, lebih khusus daripada pelaporan amal tahunan.

Ketika ajal seseorang datang, seluruh amal perbuatan yang dia lakukan di selama hidupnya, akan diangkat seluruhnya. Kemudahan lembaran catatan amalnya akan digulung.” (Dikutip secara ringkas dari Hasyiyah Ibnul Qayyim ‘alas Sunan Abi Dawud, 12/313)

Motivasi Bulan Sya’ban, Bulan Diangkatnya Amal

Adapun hadist-hadist yang membahas tentang diangkat dan dilaporkannya amal, mengandung motivasi dan pengingat bagi kita semua untuk terus semangat meningkatkan amal sholeh dan tidak lupa untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan keji dan munkar karena setiap catatan tidak akan pernah luput.

Bulan Diangkatnya Amal

Sebagaimana jawaban Nabi shalallahu alaihi wa sallam saat beliau ditanya mengapa banyak puasa di bulan Sya’ban,

فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

“Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa”

 

Penjelasan yang sama juga beliau utarakan saat beliau shallallahu’alaihi wasallam menerangkan alasan puasa di hari Senin dan Kamis.

 

Demikian pula para Salafussholih dahulu, mereka selalu ingin tampil lebih baik, lebih istimewa di hadapan Allah, saat moment pengangkatan amal. Sampai-sampai mereka khawatir jika keadaan mereka saat itu tidak sedang baik.

 

Ibnu Rajab dalam Latho-iful Ma’arif menyebutkan kisah sebagian Tabi’in, yang setiap hari Kamis menangis curhat kepada istrinya, demikian pula sebaliknya Sang Istri menangis dipangkuan suaminya, seraya berkata, “Hari ini… amalan kita dilaporkan kepada Allah.”(Lihat : Latho-iful Ma’arif hal. 191)

 

More
articles